JELANG pemilihan kepala daerah (pilkada) ini, banyak calon yang ingin diakui sebagai pemimpin yang berhasil, dengan mengakui hal positif yang terjadi di era kepemimpinannya. Bahkan tak malu mengungkit pemberiannya kepada rakyat.
Beda dengan Wali Kota/Kepala Badan Pengusahaan Batam H Muhammad Rudi (HMR), yang kini maju sebagai calon Gubernur Kepulauan Riau nomor urut 2.
Pengakuan atas keberhasilannya selama memimpin Kota Batam, justru datang dari orang lain. Bahkan tokoh nasional.
Selain dari Presiden Republik Indonesia Ketiga BJ Habibie, juga dari mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang juga pernah menjadi CEO raksasa media Jawa Pos Grup,
Pengakuan tersebut terungkap dalam tulisan Dahlan, dalam tulisan berjudul “Otobahn Rempang”. Intinya Dahlan menyebut HMR wujudkan ide BJ Habibie, bikin jalan sekelas Jerman di Batam.
“Melebarkan jalan utama di Batam memang terasa wow! Langsung bisa mengubah wajah Batam lama. Monumental!” tulis Dahlan.
Pengakuan tentu lebih baik daripada mengakui. Mengakui muncul dari pamrih, sedangkan pengakuan datang dari integritas.
Pengakuan, meminjam istilah hukum, punya “adaequatio intellectus et rei”, yakni adanya kesesuaian pikiran dengan objek. Sedangkan mengakui cenderung asal comot.
Heinrich von Treitschke, Sejarawan dari Jerman (1834 – 1896) pernah berkata, “Dalam setiap pengakuan yang jujur, ada kekuatan moral yang kuat.”
Bagaimana menurut Anda? (ski)